Pernahkah
kalian mendengar Maha Bhakti? Saya pribadi baru mengetahui Maha Bhakti setelah
saya bersekolah di MAN Yogyakarta 1. Di sekolah saya sebelumnya, tepatnya di SD
atau SMP, istilah itu sering disebut
Persami. Di sekolah tempat saya belajar sekarang, ada suatu keegiatan ekskul
yang diwajibkan bagi siswa kelas X. Kegiatan itu adalah pramuka.
Apa sih
kaitannya Maha Bhakti dengan pramuka? Setiap hari Jum’at setelah sholat Jum’at,
kami diwajibkan mengikuti pembekalan mengenai kepramukaan. Yah, pembekalan itu
bertujuan untuk memberikan materi dan pelatian agar kami dapat mengikuti Maha
Bhakti dengan baik. Mmm.. Maha Bhakti bisa dikatakan semacam kemah sebagai
proses untuk penerimaan tamu ambalan.
5 April 2012, hari yang tak terbayangkan itu
datang.. Dengan bawaan yang menyerupai seisi rumah, kami berangkat dengan penuh
suka cita. Tempat yang kami tuju adalah Bumi Perkemahan Dodiklatpur, Klaten. Kami
regu pelaksana A yang beranggotakan Alya, Fara, Putri, Chassa, Firda, Nisa dan
Tifa selaku ketua regu.
Sudah terlihat
darui awal bahwa kami bertujuh sangat memiliki karakter yang berbeda. Dimulai
dari Tifa, ketua regu yang nggak sabaran, emosian, egois, namun tegas dan
cekatan. Alya yang super ulet, lama, tapi perfeksionis. Fara yang ekstra ribet,
manja, egois banget, tapi idenya cemerlang. Putri yang heboh dan nggak kalah
ribet plus manja. Chassa yang cuek tapi rajinnya pol polan. Firda yang crewetnya
mirip ibu-ibu tapi masakannya enak. Dan yang terakhir Nissa, anak yang medhok, lola, tapi pastinya
super kocak dan bikin ngakak terus.
Diawali
dengan keberangkatan kami yang penuh suka cita. Sama sekali tidak terbayangkan
kami berangkat naik mobil tempur tentara. Gerah, bau, umpel-umpelan, itu yang
terjadi sepanjang perjalanan.
Sesampai
di sana, kami keluarkan bekal makan siang kami. Lalu makan dan dilanjutkan
sholat dzuhur. Satu pertanyaan yana ada di benak kami. “Dimana tempat kami
kemah nanti?” Berbagai pertanyaan lain pun mumcul. Pertanyaan-pertanyaan itu
kami simpan sejenak, karena ada instruksi kakak PK untuk segera kumpul dan
berbaris. Ternyata oh ternyata… inti dari instruksi itu, kami disuruh jalan
kaki yang jaraknya cukup jauh.
Dengan letoy
kami mencoba untuk semangat. Dalam perjalanan kami bertemu dengan pos-pos yang
menguji kami mengenai kepramukaan. Perjalanan yang tak diharkan itu kami bawa
enjoy dengan bernyanyi dan ketawa bersama.
Setelah cukup jauh berjalan, dan ternyata
hanya muter area buper, kami sampai di lokasi utama. Bisa dikatakan tempat yang
lumayan ekstrim. Kamar mandi yang membuat orang males mandi, pipis dan
sebagainya, bupper yang sangat luas, dikelilingi gedung-gedung tua dan jauh
dari keramian.
Tapi orang tua kita pantas bangga sama kita bertujuh. Selain manja, tidak pernah ngapa-ngapain dirumah, juga malesnya gak ketulungan. Tapi salutnya, kita dapat hidup mandiri selama 4hari dan sangat banyak mendapatkan pelajaran dari situ. Ternyata, kebersamaan dan kekompakan adalah kunci dari segalanya, pada saat itu.
Dari awal, kami bertujuh memang tidak mengharapkan suatu kemenangan, tapi jauh lebih indah dari sebuah kemenangan yang kami dapatkan yaitu pelajaran hidup :)
Dari awal, kami bertujuh memang tidak mengharapkan suatu kemenangan, tapi jauh lebih indah dari sebuah kemenangan yang kami dapatkan yaitu pelajaran hidup :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar